04-Jan-2025   11 24   Dibaca 216x

REFLEKSI AKHIR TAHUN 2024: MEMBANGUN EKOSISTEM HALAL DI INDONESIA (PELUANG DAN TANTANGAN)

Link telah disalin!


REFLEKSI AKHIR TAHUN 2024: MEMBANGUN EKOSISTEM HALAL DI INDONESIA
(Peluang dan Tantangan)

Dalam sebuah forum refleksi akhir tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Mathla’ul Anwar, tema "Membangun Ekosistem Halal di Indonesia: Peluang dan Tantangan" menjadi sorotan utama. Acara ini menghadirkan berbagai tokoh penting yang memberikan pandangan strategis terkait pengembangan ekosistem halal di Indonesia. Narasumber utama, Dr. Evriza Noverda Nst., MA, didukung oleh sambutan dari Drs. Mohammad Zen, MM selaku Pengurus Besar Mathla’ul Anwar, Ade Abdurachman sebagai Direktur Amanah Takaful, dan Afrial Hidayat, Lc., MA, Pengurus Wilayah Mathla’ul Anwar Provinsi Aceh. Hadir pula Direktur LP3H Mathla’ul Anwar yang menekankan pentingnya kolaborasi dalam penguatan ekosistem halal nasional.

Sambutan dari Para Tokoh

Dalam sambutannya, Drs. Mohammad Zen, MM menegaskan bahwa ekosistem halal adalah bagian integral dari kemajuan ekonomi Indonesia. Beliau menekankan bahwa Mathla’ul Anwar, sebagai organisasi Islam yang berdedikasi pada pendidikan dan pemberdayaan umat, memiliki tanggung jawab besar dalam mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya produk dan layanan halal. “Ini bukan hanya tentang kewajiban agama, tetapi juga tentang menciptakan standar kualitas yang diakui dunia,” ungkapnya.

Ade Abdurachman, Direktur Amanah Takaful, menyampaikan perspektif dari sudut pandang industri keuangan syariah. Beliau menjelaskan bahwa sektor keuangan halal memainkan peran kunci dalam mendukung keberlanjutan ekosistem halal. “Pembiayaan syariah harus mampu menjadi solusi bagi UMKM halal untuk tumbuh dan bersaing di pasar global. Kami di Amanah Takaful terus berkomitmen untuk mendukung pelaku usaha dalam mengakses pembiayaan yang sesuai prinsip syariah,” jelasnya.

Dari Provinsi Aceh, Afrial Hidayat, Lc., MA, memberikan pandangan tentang potensi daerah dalam pengembangan ekosistem halal. Aceh, sebagai wilayah dengan penerapan syariat Islam yang kuat, disebut memiliki peluang besar menjadi model pengembangan ekosistem halal berbasis lokal. “Aceh dapat menjadi pusat halal regional, dengan memanfaatkan sumber daya alam, budaya Islam yang kental, dan dukungan pemerintah daerah yang proaktif,” katanya.

Paparan Utama oleh Dr. Evriza Noverda Nst., MA

Sebagai narasumber utama, Dr. Evriza Noverda Nst., MA memaparkan refleksi mendalam tentang perjalanan pembangunan ekosistem halal di Indonesia sepanjang 2024. Beliau menggarisbawahi tiga dimensi utama: potensi, tantangan, dan strategi ke depan.

Menurut Dr. Evriza, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam ekonomi halal global, mengingat jumlah populasi Muslim terbesar di dunia dan kekayaan sumber daya alam. Beliau memuji langkah-langkah pemerintah dalam memperkuat regulasi halal melalui digitalisasi proses sertifikasi dan dukungan bagi UMKM. Namun, tantangan masih ada, terutama dalam hal keterbatasan infrastruktur sertifikasi, kurangnya edukasi halal di masyarakat, dan persaingan global dengan negara-negara seperti Malaysia dan Thailand.

“Kita harus memandang ekosistem halal bukan hanya dari sudut pandang konsumsi domestik, tetapi juga ekspor. Produk halal Indonesia memiliki peluang besar di pasar Timur Tengah dan Eropa. Namun, ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat,” tegas Dr. Evriza.

Tinjauan Strategis dari Direktur LP3H Mathla’ul Anwar

Direktur LP3H Mathla’ul Anwar menyoroti pentingnya peran lembaga pendidikan dan pelatihan dalam membangun kapasitas ekosistem halal. Beliau menyebutkan bahwa upaya membangun ekosistem halal tidak hanya bertumpu pada sertifikasi, tetapi juga pada peningkatan kesadaran dan kompetensi masyarakat. “Kita perlu mendidik generasi muda untuk memahami potensi ekonomi halal dan memberdayakan mereka sebagai penggerak perubahan,” jelasnya.

Kesimpulan dan Harapan ke Depan

Acara ini menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis untuk tahun 2025. Semua pihak sepakat bahwa langkah konkret diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekosistem halal, termasuk pemberdayaan UMKM, percepatan digitalisasi sertifikasi, dan pengembangan pariwisata halal. Mathla’ul Anwar berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui program pendidikan, pelatihan, dan advokasi kebijakan yang mendukung ekosistem halal.

Sebagai penutup, seluruh narasumber dan peserta sepakat bahwa ekosistem halal bukan sekadar kewajiban agama, tetapi juga peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi halal dunia. Kolaborasi lintas sektor dan dukungan semua pihak menjadi kunci untuk mewujudkan visi ini. Dengan tekad dan kerja keras bersama, tahun 2025 diharapkan akan menjadi tonggak baru bagi penguatan ekosistem halal di Indonesia.